"Mereka (setan) turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa," (QS. 26: 222)
Yang pantas mendapatkan julukkan rajanya para pendusta itu setan. Sehingga sebagai rajanya pendusta wajar sekali yang dijadikan pengikut dan pendukungnya juga para pendusta. Sehingga yang didatangi dan dikunjungi setan itu para pendusta seperti yang diterangkan di dalam QS. 26: 222 di atas.
Jika setan menyampaikan hal-hal yang baik atau menjanjikan hal-hal yang baik maka dapat dipastikan itu bohong untuk memperdaya dan menipu manusia agar jatuh dalam kesesatan dan kemungkaran. Tipu daya setan dalam menyesatkan manusia ini diterangkan di dalam QS. 15: 39-40, artinya:
"Iblis berkata, "Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash di antara mereka." (QS.15: 39-40)
Banyak manusia yang tertipu dan terperdaya oleh setan dari semua golongan dan kelompok termasuk dari kalangan umat Islam tetapi hanya orang beriman yang ihklas dalam beragama yang tidak menjadi korban kebohongan dan tipu daya setan. Ikhlas menjadi prisai dari kebohongan dan tipu daya setan baik dari jenis jin maupun jenis manusia dijelaskan dalam ayat Alquran berikut, artinya:
"Iblis menjawab, "Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (QS. 38: 82-83)
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang ikhlas tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat." (QS. 15: 42)
Ada satu riwayat yang menjelaskan satu kisah yang menarik, sebuah kisah yang menunjukkan keganjilan dari kebiasaan setan yang suka berbohong dan menipu manusia karena setan bicara benar perihal dirinya. Setan yang berwujud seorang laki-laki membongkar kelemahan dirinya kepada salah seorang sahabat Nabi Abu Hurairah tentang cara penjagaan diri dari setan.
Mendapatkan penjelasan seperti itu Abu Hurairah tidak langsung percaya, kemudian beliau menghadap Rasulullah untuk menanyakan kebenaran informasi yang diterimanya. Inilah ketulusan iman Abu Hurairah dan tentu sahabat Nabi yang lain sehingga ketika mendapatkan informasi atau menyaksikan satu peristiwa atau mendapati satu persoalan selalu menghadap Rasulullah untuk mendapatkan fatwanya. Dan setelah mendengarkan apa yang disampaikan Abu Hurairah Rasulullah membenarkan apa yang disampaikan Abu Hurairah sambil memberi tahu bahwa yang mengatakan kepada dirinya itu setan si raja bohong.
Kisah ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, artinya:
"Jika kamu beranjak ke tempat tidurmu maka bacalah ayat Al-Kursiy, karena kamu akan selalu mendapat penjagaan dari Allah, dan syaitan tidak akan mendekatimu sampai pagi. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Abu Hurairah: "Ia jujur kepadamu dan ia adalah pembohong, dia itu adalah setan." (HR. Bukhari)
Ciri orang beriman yang ikhlas dalam beragama itu yang paling mudah dilihat adalah mengembalikan segala persoalan atau urusan agama yang masih samar atau diperselisihkan kepada Allah dan Rasulullah atau kepada Alquran dan Sunnah Nabi. Ini sesuai dengan firman Allah, artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan). Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allâh (Al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allâh dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya." (QS. 4: 59)
Misalnya, jika ada yang memperdebatkan masalah boleh tidaknya praktik LGBT. Kembalikan kepada Alquran dan hadits apakah boleh atau tidak praktik LGBT. Kalau Alquran dan Hadits mengharamkan praktik LGBT maka sampai kiamat nanti praktik LGBT tetap Haram. In syaa Allah siapa yang menjadikan Alquran dan Hadits sebagai pedoman dan panduan maka tidak akan tersesat dan disesatkan oleh dusta dan tipu daya setan baik dari jenis jin maupun jenis manusia.
Jika suatu perkara tidak dijumpai pada Alquran dan sunnah Nabi maka carilah jawabannya kepada sunnah sahabat. Jika masih juga tidak juga dijumpai maka carilah pandangan ulama salaf yang lurus seperti para imam Mazhab fiqih yang empat atau ulama salaf lain yang lurus. Karena para sahabat serta para ulama salaf yang lurus sangat akrab dengan Alquran dan sunnah Nabi serta ilmunya mumpuni sehingga hasil ijtihadnya betul-betul didasarkan kepada Alquran dan sunnah Nabi bukan menurut hawa nafsu serta bukan mencari keuntungan duniawi.
Sebaliknya siapa pun yang tidak ikhlas dalam beragama sehingga lebih mengikuti langkah setan dan dorongan hawa nafsu dari pada mengikuti ketetapan Allah dan Rasulullah, maka akan tersesat dan disesatkan oleh setan si raja bohong. Oleh karenanya ikhlaslah dalam beragama agar tidak jadi korban si raja bohong dan pasukannya dengan cara mentaati ketetapan Allah dan Rasulullah yang terkandung di dalam Alquran dan sunnah Rasul. Allah berfirman, artinya:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. 33: 36)
Sebagai bentuk keperdulian Rasulullah yang tulus atas keselamatan umatnya di dunia dan di akhirat maka Rasulullah berwasiat kepada umatnya agar berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Nabi jika tidak ingin tersesat dalam mengarungi kehidupan di dunia oleh kebohongan serta tipu daya siapa pun yang suka berbohong, suka menipu dan suka memperdaya. Rasulullah bersabda, artinya:
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik, Al-Hakim, Al-Baihaqi). Wallaahu A'lam.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar