Tuhan, eksis pada zona frekuensi hakikat yang menembus batas atmosfer dari segala puncak ikhtiar yang kita bangun ( واليه ترجع الأمور ). Konsekuensi ekstrimnya, maka selembut dan sehalus apapun geliat getar yang bertingkah di ruang hati, pasti tersadap vulgar oleh-Nya, ( إنه عليم بذات الصدور ).
Dia mampu menembus demikian detil pada segala relung kita. Sementara kita sungguh absurd berlaku serupa terhadap diri-Nya. Mengingat, terhijab oleh pilar baja hakikat yang ultra tebal, ( هو يدرك الابصار ولا تبصره الابصار ).
Maka sesungguhnya, kita ini mesti merapat di mana? Apa pada dimensi diri-Nya, atau merdeka di area sendiri dan atau berkongsi dengan-Nya، ( هو معنا أو نحن معه ) ?
Ini tidak lain, hanya sebatas wujud replektif risiko kemestian ( دلالة التزامية) dari sebuah jargon postulat : "Al-Insan Hayawaanun Naatiq".
والله أعلم بالصواب.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar