UNTUK PAK REKTOR : SELAMAT MILAD KE-62 ( Jadikan saldo jatah usia untuk terus berbuat kebaikan dan kebajikan).
Salah satu tradisi akut yang nyaris sudah dianggap sebagai model "kearifan" tersendiri-oleh sementara pihak-yakni mempersembahkan do'a panjang umur pada seseorang, yang padahal ia sudah berusia lanjut ( do'a tersebut biasanya diungkapkan ketika ia merayakan hari ulang tahunnya-umpamanya-yang ke-70 tahun). "Semoga tetap panjang umur".
Dalam tataran konteks spiritual, sesungguhnya tidak ada kecacatan dan kenaifan dalam berdo'a, kenapa mesti diusik segala? Disamping hadir sebagai wujud ekspresi serta manifestasi beribadah, juga ia dianjurkan oleh Allah sebagaimana termaktub dalam firman-Nya ( Ghafir : 60 ). Ya, memang benar, seperti itu adanya.
Namun demikian, ada sebuah titik singgung yang terkesan "opposite" dengan sisi tilikan yang disodorkan oleh seorang Fudhail Ibn 'Iyab ( ulama besar generasi Tabi' Tabiin (w.187 H). Hal ini tersaji dalam dialognya dengan seorang laki-laki ( yang berusia 60 tahun, sebut saja Si Fulan). Lengkapnya, termuat dalam kitab Hilyatu al-Aulia, ( buah karya Abu Nu'aym al-Isfahani, vol 8 : 113).
Fudhail : " Kalau boleh tahu, berapa tahun usia Anda?" Si Fulan : "Usia saya 60 ( enam puluh) tahun". Fudhail : "Berarti Anda sudah berjalan selama 60 (enam puluh) tahun untuk menemui Tuhan dan sebentar lagi Anda akan berhadapan dengan-Nya ".
Mendengar pernyataan Fudhail tersebut, ia sungguh kaget, lalu berkata, " Inna Lillahi Wainna Iaihi Roji'un". Fudhail : "Anda paham dengan kalimat tersebut ?" Fulan : "Tidak, coba tolong jelaskan ! Fudhail : “Anda mengatakan: Inna Lillahi Wainna Iaihi Roji'un". Itu maknanya, bahwa kita adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya. Siapa yang mengaku hamba Allah, maka akan berdiri di hadapan dan akan ditanya oleh-Nya. Oleh karena itu, ia harus mempersiapkan diri untuk menjelaskan ( menjawab)nya. Fulan : "Bagaimana caranya?" Fudhail : "Mudah". Lalu ia ( Fudhail) berkata kepadanya, "
تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِ نْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ
"Di sisa umurmu, maka berbuat baiklah. Dengan cara demikian, segala dosamu, baik dilakukan pada masa yang lalu, maupun pada masa yang akan datang, diampuni. Sebaliknya, jika Anda ( tetap-masih) berbuat jelek ( dosa), maka Anda akan disiksa ( dihukum ), karena dosa pada masa lalu dan pada masa yang akan datang".
Tegas, jelas dan konkretnya, terkesan kurang "elok", andai masih rakus meminta jatah panjang umur, padahal sesungguhnya sudah ( nyaris ) di ambang, bahkan di tepi bibir "injury time". ( stok umur sudah amat sangat menipis). Yang terpenting syukuri sisa umur yang ada dan selebihnya fokuskan serta konsentrasikan untuk berbuat baik : sebagai jaga-jaga ( persediaan-bekal) andai kendaraan ajal segera menjemput. Rasulullah saw. bersabda :
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah ).
Akhir kata
اللهم اجعلنا واياكم من الذين يحسنون الأعمال فى آخر اعمارنا واغفر لنا واياكم مامضى وما بقى من ذنوبنا.
Selamat Milad yang ke-62, semoga jatah saldo usia yang masih tersedia, dijadikan fadhlah ( momentum ) untuk terus oftimis serta dinamis dalam berbuat kebaikan dan kebajikan di segala lini. Sehingga mendapat nilai "Summa Cumlaude" di mata Allah dan pada sidang final "Tsumma Latusalunna Yaumaidzin", mendapat gelar " Ahlul Abrar", yang berhak meraih medali "Surga". Amin... !!!
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar