LAILATU AL-QADR ( Malam Pertaruhan Untuk Memburu Amnesti Spesial Tahunan dari Allah)
Lailatu al-Qadr, adalah sematan khusus yang dialamatkan kepada malam tertentu karena ia memiliki nilai yang unggul dan istimewa di mata Allah. Ketika kehadirannya, berkait dan tersebab karena turunnya Al-Qur'an, maka pas disebut " Lailatu al-Qadr dalam konteks Nuzulu al-Qur'an" dan ketika berkait dan tersebab karena kehadiran bulan suci Ramadhan, maka juga pas disebut " Lailatu al-Qadr dalam konteks bulan suci Ramadhan".
Dari keduanya, ada titik sama dan juga ada titik bedanya. Titik samanya, keduanya adalah malam istimewa sebagai anugerah dari Allah. Sementara titik beda ( spesifikasi masing-masing) adalah sebagai berikut : (1) dari alokasi konsentrasi. Lailatu al-Qadr dalam konteks Nuzulu al-Qur'an, adalah spesial untuk intern Rasul saw. Sementara dalam konteks bulan suci Ramadhan, bersifat universal, tidak hanya untuk beliau saw., tapi juga untuk umatnya; (2) dari dimensi waktu. Lailatu al-Qadr dalam konteks Nuzulu al-Qur'an, hanya berlaku dalam putaran pertama ( satu kali) sepanjang sejarah hidup Rasul saw. Sementara dalam konteks bulan suci Ramadhan, ia berlangsung setiap bulan suci ramadhan, hingga hari kiamat dan (3) dari timingnya. Lailatu al-Qadr dalam konteks Nuzulu al-Qur'an, waktunya telah ditentukan yakni tanggal 17 Ramadhan. Sementara dalam konteks bulan suci Ramadhan, timingnya disamarkan. Yang dibocorkan hanya indikasinya, yakni biasanya hadir di sepuluh hari terakhir di antara malam-malam ganjil, yaitu : 21, 23, 25, 27 dan 29, ( Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah-radiyallahu 'Anha-).
Lailatu al-Qadr dalam konteks Nuzulu al-Qur'an, keberlakuannya sudah tamat ( hanya sebatas untuk dikenang dan diperingati). Sedang dalam konteks bulan suci Ramadhan ( seperti yang tengah kita jalani), keberlakuannya masih berlangsung. Maka, apa yang mesti kita lakukan untuk menyambut kehadiran malam istimewa tersebut-Lailatu al-Qadr-?. Sudah pasti, kita dianjurkan oleh Rasul saw. supaya meningkatkan semangat beribadah terutama sambil melakukan " I'tikaf" di masjid.
Apa ada bacaan khusus yang dianjurkan Rasul saw. ? Ada. Sebagaimana kita ketahui, bahwa beliau saw. menganjurkan kepada 'Aisyah-radiyallahu 'Anha- ketika menjelang ( bertepatan) dengan " Lailatu al-Qadr", agar memperbanyak bacaan (do'a) berikut :
اللهم انك عفو تحب العفو فاعف.
Ya, Allah , Engkau Maha Pengampun dan juga senang memberi ampunan. Untuk itu, maka ampunilah aku "
*
Juntrung redaksi sebuah do'a, biasanya berkait erat dengan latar situasi yang mengkonstruksinya. Misal paling mudah, ketika mendengar bacaan ( do'a ) , "Allahumma Baarik Lanaa Fiimaa Razaqtanaa Waqinaa 'Adzaba al-Naar", kita bisa memastikan, bahwa do'a tersebut berkait erat dengan" makan" ( atau do'a sebelum makan). Nah, apa kaitan do'a di atas ( اللهم انك عفو تحب العفو فاعف), dengan peristiwa Lailatu al-Qadr?
Tiga penggalan kata penguntit yang menjadi basis penopang untuk mencetuskan puncak pengharapan seorang hamba kepada Allah, yakni : (1) Engkau Maha Pengampun, ( 2) Engkau senang memberi ampunan dan (3) Ampunilah aku, bisa dimaknai, bahwa dia seolah berada di ujung bibir situasi pertaruhan yang sangat getir . Hingga mendesak kepada Allah, agar Dia segera memberi ampunan kepadanya. Andai tidak, celakalah pasti yang harus dia terima. Dan sebaliknya jika diberi ampunan, maka beruntunglah dia pasti.
Memang, inti dan hakikat menjalankan ibadah puasa, terkonsentrasi pada dua nuktah harapan, yakni disamping supaya menjadi sosok Muttaqin, juga supaya mendapat ampunan ( terbebas dari dosa). Rasul saw. bersabda, " من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه : "Siapa yang menjalankan ibadah puasa dengan dasar iman dan semata karena Allah, maka segala dosa masa lalunya, diampuni, (Hadits Riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Abi Hurairah-Radiyallahu 'Anh).
Dus, makna dan hakikat "Lailatu al-Qadr" (dalam konteks bulan suci Ramadhan seperti yang kita tengah jalani sekarang ini), bisa jadi ia adalah "Malam Pertaruhan Untuk Memburu Amnesti Spesial Tahunan dari Allah.
وإنها الليلة التي يُفرق فيها كل أمر حكيم.
Pada malam Lailatu al-Qadr tersebut, Allah akan memutuskan segala kebijakan-Nya, yakni (antara lain) memberi amnesti (ampunan) spesial tahunan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Kalau sudah diampuni, maka sucilah hatinya. Dan kalau sudah suci, dia pasti istiqamah ( komitmen) mengikuti aturan Allah. Dan bersamaan dengan itu, "Malaikat pun akan turun menyertai dirinya " . Simak firman Allah berikut ini :
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian) mereka, maka "malaikat akan turun kepada mereka" dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan Jannah ( sorga ) yang telah dijanjikan Allah kepadamu (Fussilat: 30).
Dengan mengutip pendapat Rasyid Ridha dari gurunya Muhammad Abduh, Quraisy Shihab mengatakan, "...Kalau pendapat ini diterima maka akan semakin jelas arti turunnya Malaikat, yakni seseorang yang mendapatkan Lailatu al-Qadr akan semakin kuat dorongan dalam jiwanya untuk melakukan kebajikan-kebajikan pada sisa hidupnya sehingga ia merasakan kedamaian abadi". ( Tafsir al-Mishbah, serial juz Amma : 430
Di situ barang kali letak hakikat, bahwa seseorang dinyatakan mendapat berkah "Lailatu al-Qadr". Sampai di sini, menjadi terbantahkan pendapat sementara pihak yang mengatakan, bahwa "Lailatu al-Qadr" adalah malam bertuah, sarat fenomena serta kaya dengan keajaiban. Itu hanya sebuah mitologi belaka.
Wallahu A'lam bi al-Shawab !
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar