LAGA PLAY-OFF INDONESIA VS GUINEA ( Bertafa'ul Pada Gubahan Sya'ir al-Syafi'i).
Entah apa yang terjadi dengan Indonesia?. Yang konkret, ada dua momentum kejuaraan olah raga bermartabat, ngacir begitu saja. Pertama, Piala Asia-AFC ( Asian Football Confederation-Arab : الاتحاد الآسيوي لكرة القدم, U-23, (15 April-3 Mei, 2024) di Qatar. Ke-dua Piala Thomas dan Uber ( 27 April-5 Mei, 2024) di China.
Spesial untuk konteks sepak bola. Boleh pasti, dalam tarikh keikutsertaan di Piala Asia ( AFC ), baru kali ini Timnas Indonesia U-23 mampu menembus babak semifinal ( satu-satunya wakil negara ASEAN) . Ini sungguh sangat pas dan tepat untuk disebut sebagai prestasi fenomenal. Hanya saja belum beruntung. Pasalnya, kesebelasan kita dikandaskan oleh Timnas U-23 Uzbekistan dengan skor 0-2. Kemudian pada laga perebutan tahta ke-tiga, lagi-lagi kesebelasan kita gagal. Kali ini, ditumbangkan oleh Timnas U-23 Irak dengan skor 1-2.
Lanjut pada perebutan piala Thomas dan Uber Cup, juga cukup membanggakan, mengingat tim Bulu Tangkis kita dua-duanya masuk ke babak puncak ( final ). Namun pada babak ini pun, rontok. Kali ini tim kita dilibas oleh tim Bulu Tangkis tuan rumah China, dengan skor : Thomas 1-3 dan Uber 0-3.
Namun demikian, masih ada sebersit sinar harapan yang menyelinap di balik ufuk sana. Bahwa, timnas kita masih diberi kesempatan oleh FIFA untuk melakukan laga "Play-Off" ( hidup mati) melawan kesebelasan Timnas U-23 Guinea yang akan digelar pada Kamis (9/5/2024)-nanti malam-di Stadion Clairefontaine, Paris, Prancis pukul 20.00 WIB (kick off).
Siapapun yang keluar sebagai pemenang, (Indonesia, atau Guinea), otomatis bisa ambil bagian dalam pesta Olimpiade musim panas ( Jeux olympiques d'été de 2024) yang akan berlangsung tanggal 26 Juli, hingga 11 Agustus 2024, di Paris, Prancis.
Keduanya, baik Indonesia, maupun Guinea, sama-sama sudah pernah berlaga di Olimpiade.Timnas sepak bola Indonesia pertama kali ikut ambil bagian dalam pesta olah raga tersebut, pada tahun 1956 di Melbourne, Australia; sementara, Guinea terakhir kali tampil pada tahun 1968 di Mexico City, Mexico.
Timnas U-23 Guinea, bukan kesebelasan "ecek-ecek". Malah berdasarkan ranking yang tercatat di FIFA, Timnas Guinea unggul jauh di atas Indonesia. Saat ini Timnas Guinea menempati ranking ke-76, sementara Timnas kita ( U-23 ) berada pada urutan ke-134 dunia.
Guinea seperti kesebelasan sepak bola Afrika pada umumnya, memiliki kekuatan fisik dan mental yang cukup tangguh, disamping garang ketika berhadapan dengan lawannya di lapangan hijau. Pertanyaannya, "Apakah Timnas U-23 kita akan diterkam dan dikoyak-koyak oleh mereka?
Tentunya, semoga tidak. Sebab, drama kejutan bisa saja terjadi, selama teori "kemungkinan" dijadikan jargon untuk membesarkan hati dan membakar semangat rasa oftimisma. Sampai di sini, kiranya tepat andai kita bertafa'ul ( mengadopsi pengaruh) akan ungkapan al-Imam al-Syafi'i sebagaimana terkemas dalam sya'irnya :
تموت الأسد فى الغابات جوعا ولحم الضأن تأكله الكلاب وعبد قد ينام على حرير وذو نسب مفارشه التراب.
"Berapa banyak singa mati karena kelaparan di hutan belantara, sedang beberapa ekor anjing lahap memakan daging domba. Seorang hamba sahaya kadang tertidur di atas alas sutra, akan halnya orang yang berketurunan terhormat, justru tempat tidurnya adalah tanah.".
Aku tahu, wahai Timnas Guinea ! Kau adalah kesebelasan yang kuat ( tak ubahnya seperti singa Afrika) . Namun, jangan terlalu pongah dan meremehkan kesebelasan di bawah kamu. Sadar dan juga menyadari, bahwa kesebelasan kami hanyalah "serigala-serigala kecil". Tapi soal perebutan "mangsa" demi sebuah gengsi untuk martabat bangsa dan negara, kami siap bersaing dan beradu strategi . Bisa jadi, nanti kamu terlena dan lupa diri, sehingga "mangsa" itu, bisa kami terkam, akhirnya kau mati dan kami bisa berlaga di Olimpiade Paris-Prancis 2024.
Jujur, sesungguhnya kami ini terlalu kenyang dengan aneka bentukan ornamen obsesi, namun terlalu sulit untuk menjadi sebuah kenyataan. Sekali lagi hanya tinggal menunggu satu momen skenario terakhir, yakni laga play-off dengan Guinea. Mudah-mudahan, keberuntungan berpihak kepada kita.
Sebab, jika gagal, semua asa yang sempat mengental, pupus dan sirnalah sudah. Ekor risiko konsekuensi yang menguntit di belakang, sungguh pahit, bahwa kita "طوعا أو كرها ", ( lagi-lagi) mesti menyantap hidangan obsesi di atas meja prasmanan fatamorganis, hampa realita. *)
Wallahu A'lam bi al-Shawab.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar