WORLD WATER FORUM-18-25-2024 DI BALI (Antara Unjuk Gengsi dan Realita Bencana Alam Yang Terjadi di Berbagai Daerah di Indonesia).
Air, tirta atau ayar adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain ( Wikipedia air) .
Singkat, tegas dan jelasnya, air adalah realita anugerah dari Allah yang memiliki basis peran dan fungsi yang sungguh luar biasa bagi pengaturan proses lalu lintas hidup dan kehidupan seluruh makhluk ( lebih spesial lagi bagi manusia) di dunia ini. Oleh karenanya, Allah dalam Al-Qur'an menyinggung ihwal air, lebih dari 62 ( enam puluh dua) kali. Dengan rincian, dalam bentuk Ma'rifat ( الماء ) sebanyak 21 kali, dan dalam bentuk Nakirah ( ماء ) sebanyak 41 kali, ( Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran Balitbang dan Diklat Kementrian Agama RI).
Di antara firman-Nya yang populer dijadikan landasan epistemologi tentang peran dan fungsi keberadaan air, adalah surat al-Anbia ayat 30 yang berbunyi :
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْن.
"Dan telah Kami jadikan segala sesuatu yang hidup ( adalah ) dari air. Apakah mereka masih saja tidak beriman ( tidak percaya) ?"
Berkait dengan ayat tersebut di atas, Nadiah Thayyarah dalam buku "Pintar Sains dalam Al-Qur'an", mengatakan, bahwa "sendi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan adalah air. Air adalah satu-satunya perantara yang mengandung mineral-mineral dan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kalau bukan karena air, niscaya tak ada kehidupan di permukaan bumi ini."
Saking betapa besar peran dan fungsi air tersebut ( lebih spesifik dalam konteks media untuk beribadah), para pakar Ilmu Fiqh ( Fuqaha ) membedahnya dari berbagai perspektif, dari mulai jenis, klasifikasi, cara penggunaan dan lain sebagainya. Sehingga secara khusus ditulis " كتاب أو باب المياه ".
Bahkan lebih dari sekedar fungsi natural konvensional, juga air bisa menjangkau dimensi fungsi transendental. Penulis buku "Bighiyyatu al-Murtarsyidin", Sayyid Abdurrahman Ibn Muhammad Ibn Husein bin Umar Ba’alawi, (Bairut : Dar al-Fikr, 2000, hlm.151) menyatakan, bahwa ketika seseorang eksis pada "ewuh pakewuh sakratul maut", ia disergap gelombang kehausan yang sungguh luar biasa, sementara Syetan di satu pihak membawa air palsu untuk menjerat dia supaya mengaku, bahwa dirinya ( Syetan) sebagai Tuhannya. Dalam situasi yang kritis seperti itu, dianjurkan, bahkan diharuskan supaya mulutnya, ditegukkan ( diberi beberapa tetes air). Dengan cara ini, bisa meringankan bebannya.
ويجرع الماء ندباً بل وجوباً إن ظهرت أمارات تدل على احتياجه، كأن يهشّ إذا فعل به ذلك، لأن العطش يغلب لشدّة النزع، ولذلك يأتي الشيطان بماء زلال ويقول: قل لا
إله غيري حتى أسقيك.
*
Sekali lagi betapa menentukan peran dan fungsi air pada tataran yang serba multi-guna. Maka tidaklah aneh andai Majlis Umum PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 147/1993, bahwa tanggal 22 Maret ditetapkan sebagai Hari Air Sudunia ( World Water Day). Sebagai implementasinya, juga dibentuk WWF (World Water Forum)-Forum Air Sudunia-. Forum tersebut oleh para pemangku kepentingan dari berbagai negara di dunia dijadikan sebagai ajang untuk membahas isu-isu penting soal air dengan sejumput permasalah yang merongrongnya.
Selanjutnya, ia (WWF) dijadikan agenda tiga tahunan. Berikut, nama-nama Negera yang pernah mengadakan forum tersebut, yaitu : Maroko (1997), Belanda ( 2000), Jepang (2003), Mexico ( 2006),Turki (2009), Perancis ( 2012), Daegu-Gyeongbuk (2015), Brasil, (2018) dan Senegal pada (2021).
Adalah Indonesia, dipercaya sebagai pihak penyelenggara WWF, yang ke-10 (sepuluh). Forum tersebut, dilangsungkan di Bali selama satu minggu ( 18-25 Mei 2024). Menurut satu versi, konon, bahwa para delegasi yang akan hadir dalam forum tersebut, lebih kurang sebanyak 35000 orang dari 193 Negera yang tergabung dalam UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) yang diundang.
Sebagai sesepuh tuan rumah, Presiden Jokowi dalam pidatonya di forum tersebut mengatakan, bahwa Indonesia , konsisten mendorong tiga hal. Pertama, adalah meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusifitas untuk mencapai solusi tantangan bersama terutama bagi negara-negara pulau kecil yang mengalami kelangkaan air. Kedua, memberdayakan hydro-diplomacy untuk kerja sama konkret dan inovatif sesuai kebutuhan negara penerima disamping mencegah persaingan dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas berdasarkan hukum internasional.
Ketiga, adalah memperkuat political leadership sebagai kunci dalam menyukseskan berbagai bentuk kerja sama menuju ketahanan air yang berkelanjutan ,( menparekraf. go.id).
Luar biasa memang, ditengah negara sedang dikepung oleh problema ekonomi di satu sisi, plus dilanda berbagai bencana alam di sisi lain ( seperti baru-baru ini terjadi banjir bandang di Sumatera Barat yang menelan lebih kurang 60 jiwa melayang); Indonesian masih bersedia menyelenggarakan WWF yang bernuansa glamor yang sudah pasti menyedot budget yang sangat pantastis.
Sebuah rekomendasi, hendaknya bagi pemerintah Indonesia dalam forum tersebut mengkonstruksi sebuah gagasan yang segar, yakni bagaimana ikhtiar mengatasi banjir ( banjir bandang terutama ) yang kerap terjadi di dunia ( lebih khusus di berbagai daerah di Indonesia ). Jangan malu-malu dan meresa gengsi, coba bertanya dan diskusikan langsung dengan mereka ( terutama para delegasi yang datang dari negara-negara maju yang lebih berpengalaman dan menguasai sains dan teknologi).
Apalah arti sebuah perhelatan akbar di forum kelas dunia seperti WWF ini, andai haya sebatas seremonial belaka sebagai ajang unjuk gengsi kepada dunia, bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan peristiwa sebesar itu. Itu tidak lebih, hanya sebatas jargon dagelan yang bombastis hampa realitas dan isi. Tegasnya, bertentangan dengan "tafsir holistik". Selamat malam pak Andiros : ادامكم الله فى صحة وعافية.
Wallahu A'lam bi al-Shawab.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar