ISAK TANGIS RASUL SAW. MEMBAYANG PERTANGGUNGJAWABAN DI AKHIRAT KELAK.
Tangis, tangisan atau menangis adalah rangkain peristiwa fitrah yang sengaja Allah hadirkan untuk manusia. Dia berfirman-yang artinya-," Dia-lah yang menciptakan tersenyum dan menangis itu ( Al-Najm : 43).
Berkait dengan ayat tersebut, Al-Qurthubi menafsirkan, bahwa Allah-lah hakikatnya yang menciptakan, kenapa kita bisa tersenyum atau menangis. Imam 'Atho Ibn Abi Muslim menambahkan, bahwa Allah-lah yang membuat kita bisa bahagia atau bersedih. Dengan bahagia, membuat kita tersenyum dan dengan bersedih membuat kita menangis.
Eksis pada kapasitas manusia biasa, Rasul saw. pun ketika mendapat kesedihan, beliau menangis dan ketika mendapat kebahagiaan, beliau tersenyum.
Diungkapkan dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibn Mas'ud-Radiyallahu 'Anh-.Rasul saw. berkata" Wahai Ibn Mas'ud, tolong bacakan kepadaku salah satu ayat Al-Qur'an !". Ibn Mas'ud : " Kenapa, tidak oleh sendiri, bukankah itu diturunkan kepada tuan? Beliau berkata, " "إِني أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي" ( Kali ini aku ingin mendengar ia dibacakan oleh orang lain).
Lalu, ia ( Ibn Mas'ud), membaca surat al-Nisa. Manakala sampai ayat 40 :
فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّة بِشَهيد وِجئْنا بِكَ عَلى هَؤلاءِ شَهِيداً.
"Maka bagaimana jadinya, ketika Kami mendatangkan bagi setiap umat seorang saksi. Dan Kami hadirkan kamu ( wahai Muhammad) sebagai saksi bagi mereka ( umat kamu)".
beliau saw. berkata, " cukup sampai di situ, wahai Ibn Mas'ud". Ketika dia ( Ibn Mas'ud) melihat beliau, tampak dari kedua kelopak matanya mengalir air tangisan.
Kenapa beliau saw. menangis? Dalam kaitan ini Ibn Bathal berkata :
كان بكاء النبي لهذه الآية لأنه مثل لنفسه أهوال يوم القيامة، وشدة الحال الداعية له إلى شهادته لأمته بتصديقه والإيمان به، وهذا أمر يحق له طول البكاء والحزن.
Nabi saw. menangis lantaran ayat ini, karena beliau membayangkan betapa ewuh pakewuh ( dahsyat) hari kiamat itu. Dan betapa berat posisinya, dimana beliau harus menjadi saksi ( diminta pertanggung jawaban) terhadap umatnya. Inilah yang membuat kenapa beliau berlama-lama menangis dan bersedih.
Sesungguhnya, beliau tidak perlu menangis dan bersedih apalagi sejadi-jadinya. Karena beliau pemilik "Uswatun Hasanah" yang menjadi suri teladan bagi umatnya. Beliau seorang pemimpin yang sukses serta sempurna yang telah mengajak serta menuntun kita ke jalan yang lurus. Kami bersaksi ya Allah, bahwa Muhammad saw. adalah Nabi, Rasul serta Imam kami yang jujur dan benar. Kalau mau dipersalahkan kamilah ya Allah, karena sadar dan menyadari, bahwa kami memang dungu dan bebal.
Kalau Rasul saw. saja sebagai pemimpin yang sempurna dan pemilik " Uswah Uswah Hasanah", sudah membayangkan begitu berat diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak hingga beliau menangis dan bersedih, apalagi kita yang amat sangat jauh dari sempurna, ( alias hina dina ), maka menangisnyapun sesungguhnya harus lebih dari sekedar beliau saw.
Namun apa fakta yang terbukti pada diri kita? Malah justru adem ayem, tenang-tenang saja, seperti tidak ada beban dan tidak ada bayangan, bahwa di akhirat kelak kita akan diminta jadi saksi serta pertanggungjawaban : terhadap diri, keluarga, bawahan, jabatan, institusi dan yang lainnya. Sudahkah semua itu dilakukan dan dijalankan dengan baik dan benar?
Sadar dan menyadari, bahwa kami banyak membuat kekeliruan, maka kiranya, tidak ada ucapan yang pantas dan mesti kami ungkapkan kepada-Mu ya Allah, kecuali kami merangkum firman-Mu di bawah ini ( Al-Baqarah : 286 ).
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ".
"Wahab Rabb kami, andai kami berbuat khilaf serta salah, jangan Engkau timpakan sanksi ( siksaan) kepada kami. Juga janganlah Engkau memberi beban (berat) seperti pernah Engkau pikulkan kepada umat sebelum kami. Wahai Rabb kami, sekali-sekali Engkau jangan memberi kami tugas yang sulit, sekiranya tidak mampu untuk melaksanakannya. Ampuni, maafkan, kasihani serta tolonglah kami dari tipu daya orang-orang kafir, karena Engkau adalah tumpuan ( pelindung) kami".
Wallahu A'lam bi al-Shawab.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar