COUNTER ATTACK" ALLAH ATAS STATEMENT SYETAN ( Ihwal Kontinuitas Operasi Syetan-dalam Menyesatkan Manusia).
Perang opini yang dilanjut dengan saling lontar statement, baik melalui lisan, maupun lewat mass media, cetak atau elektronik yang dilakukan dua kubu yang berseberangan ( dalam konteks diskursus politik, umpamanya) adalah sebuah kelaziman. Oleh karena itu, tidak perlu dikomen lebih jauh secara serius.Tegasnya, anggaplah ia sebagai konsekuensi logis dari kinerja sunnatullah.
Namun andai hal tersebut ( perang opini dan saling lontar statement ) terjadi di dua kubu yang berseberangan dimensi hakikat, perlu respon (dikomen lebih jauh secara serius). Apa buktinya? Dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, dari sahabat Abu Sa'id al-Khudri -Radiyallahu 'Anh-. Versi Rasul saw., Syetan menyatakan :
وعِزَّتِك يا رب، لا أَبرحُ أُغوي عبادَك ما دامت أرواحُهم في أجسادهم.
"Demi keagungan-Mu, wahai Rabbku, aku tidak akan pernah berhenti untuk menyesatkan hamba-hamba-Mu, selama nyawa masih melekat pada raga mereka ( masih hidup) ".
Statement Syetan tersebut, langsung di- "Counter Attack" oleh Allah dengan tegas :
وعزتي وجلالي لا أزال أغفر لهم ما استغفرونى.
"Demi keagungan dan kemuliaan-Ku. Aku (pun ) tidak akan pernah berhenti untuk memberi ampunan kepada mereka ( para hamba-Ku), selama mereka meminta ampunan kepada-Ku".
Sampai di sini (barang kali-mungkin di luar kalkulasi Syetan), bahwa Allah tidak akan bereaksi. Ternyata Dia melakukan "counter attack" yang sangat jelas dan tegas, seakan ditandaskan oleh-Nya, "wahai para hamba-Ku, kalian jangan terpengaruh oleh statement (provokasi) Syetan. Sebagai Tuhan pemilik otoritas kekuasaan dan kemutlakan, Aku pasang badan, bahwa siapa, kapan dan dimana pun berada, selama hamba-Ku memohon ampunan kepada-Ku, pasti ia Aku ampuni".
Pernyataan ( counter attack) Allah di atas, paling tidak, menyajikan dua kontekstualitas pesan, yakni, (1) sebuah intruksi dari-Nya, bahwa dalam situasi apapun kita tidak boleh lengah dan kendur dari meminta ampunan ( beristighfar ) kepada Allah. Abaikan pernyataan Syetan di atas, itu hanya sebuah provokasi dia : (2) siapapun yang mengeluarkan pernyataan provokatif, terutama merendahkan dan melecehkan ajaran Islam itu bagian dari cara Syetan untuk menyesatkan manusia, yang harus "di-counter attack secara instan". Mengingat, andai dibiarkan, efek virusnya akan menjalar hingga mengganggu harmoni kehidupan sosial masyarakat ( khususnya umat Islam).
Kontekstulitas pesan di atas, dapat disinggungkan dengan kasus tempo hari, dimana seorang pendeta pongah, sombong dan takabur, Gilbert Lumoindong, segampangnya melecehkan zakat dan shalat. Celetuknya, "Sebelum sembahyang (shalat) Islam diwajibkan cuci semuanya, saya bilang lu itu dua setengah. Gua 10 persen, bukan berarti gua jorok tapi sudah disucikan oleh darah Yesus," katanya disambut tawa jemaat.Tak hanya itu, dia juga menyindir shalat yang dianggap lebih sulit dibanding ibadah dalam agamanya.
Dikatakannya, jika saat hendak beribadah umat agamanya hanya sepekan sekali membersihkan diri, tidak seperti agama Islam yang setiap beribadah selalu membersihkan diri. (TRIBUN-TIMUR.COM).
Sampai di sini, penulis salut kepada Ipong Wijaya, selaku Ketua Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dengan membawa data yang lengkap, dia langsung melaporkan pendeta pongah tersebut -Gilbert Lumoindong-ke pihak kepolisian.
Mungkin sadar atau menyadari dan atau merasa ketakutan oleh reaksi Umat Islam, akhirnya dia (Gilbert), soan ke Yusuf Kala di kediamannya, Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tidak hanya ke kediaman JK, juga dia datang ke kantor MUI pusat,
Jl. Proklamasi 51, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam pada itu, dia menyatakan :
"Dengan segala kerendahan hati, saya Gilbert Lumoindong memohon maaf untuk segala yang terjadi dan kalau ada salah ucap, salah pengertian, salah diksi dan segala macam, salah dalam pembicaraan saya, percakapan saya dalam ceramah saya kepada umat muslim maupun umat lain juga yang merasa terganggu dengan ceramah itu," kata Gilbert dalam video di YouTube MUI TV dilansir dari detikNews, Selasa (16/4/2024).
Nah, rasain lho. Islam itu seperti lebah, ia tidak pernah merusak lingkungan ( pepohonan) dimana ia hidup. Bahkan ia selalu memproduksi madu yang manis, sarat khasiat bagi manusia. Namun jangan dikira, ketika syari'atnya diganggu, apalagi diobok-obok serta dilecehkan, ia akan bereaksi, kalau perlu bertindak keras (selama dibenarkan oleh prosedur hukum yang berlaku di negara kita).
Wallahu A'lam bi al-Shawab !
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar