SECERCAH HARAPAN BAGI PALESTINA DI BALIK HASIL VOTING PBB (10/5/2024)
Baik perang dunia ke-satu ( 1914-1918), maupun ke-dua ( 1939-1945), adalah dua tragedi kemanusiaan paling bengis, paling ngeri, paling berutal, paling biadab dan paling gila di dunia. Pasalnya, betapa tidak lebih kurang 70 ( tujuh puluh) juta nyawa manusia ( dari seluruh dunia) melayang, belum terhitung kerugian materi lainnya.
Di pundak siapa sesungguhnya tanggung jawab yang mesti dipikul akibat tragedi tersebut? Jawaban pastinya, adalah di pundak manusia itu sendiri. Karena, dia-lah yang menggagas, mendesain dan mengobarkannya. Begitulah watak dan karakter manusia, yang menjadi basis biang kerok tindakan destruktif, baik di daratan, maupun di lautan ( al-Isra' : 72).
Terbangun oleh rasa sadar serta menyadari atas kedunguannya, sejumlah tokoh yang berpengaruh pada zamannya, spesial 3 ( tiga) di antara mereka yang paling terdepan kontribusinya, yaitu : (1) Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Roosevelt, (2) Winston Churchill Perdana Menteri Britania Raya, dan (3) Joseph Stalin, Presiden Uni Soviet, pada tanggal 24 Oktober 1945, mereka mengadakan pertemuan di San Francisco, Amerika Serikat. Adapun salah satu agenda utama dari pertemuan tersebut, adalah membahas ihwal rekonsiliasi dan rekonstruksi perdamaian dunia, setelah tercabik-cabik oleh tragedi perang dunia ( baik ke-satu, maupun ke-dua terutama).
Akhirnya, dalam pertemuan tersebut ( 14 Oktober 1945), disepakati untuk mendirikan sebuah badan guna membangun kerjasama antara bangsa-bangsa di dunia, dengan diberi nama "UN" ( United Nations), yang dalam bahasa kita Indonesia, populer dengan sebutan "Perserikatan Bangsa-Bangsa" ( PBB ).
Adapun muara tuju paling esensial yang dikonstruksi olehnya, termaktub dalam Piagam PBB, Pasal 1, yakni : (1) Untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, (2) Untuk mengembangkan hubungan persahabatan antar negara berdasarkan penghormatan terhadap prinsip persamaan hak dan penentuan nasib sendiri, (3) Untuk mencapai kerja sama internasional dalam memecahkan masalah-masalah internasional yang bersifat ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan dan (4) Untuk membangun pusat harmonisasi tindakan negara-negara dalam mencapai tujuan bersama.
Sebagai bentuk aksi dan akselerasi dari tujuan tersebut di satu sisi, dan untuk menentukan nasib bangsa Palestina di sisi lain ( yang sutra hak asasinya dirobek oleh keberutalan Zionis Israel), maka pada tanggal 10/5/2024 PBB mengadakan "Voting" untuk memastikan Palestina menjadi anggota penuh PBB. Sungguh sangat menggembirakan, bahwa dari jumlah total anggota PBB sebanyak 193 negara, 143 mendukung dan sementara yang lainnya menyatakan pilihan berbeda : 9 menolak dan 25 abstain.
Sembilan (9) negara yang menolak, yaitu : (1) Israel, (2) Amerika Serikat, (3) Argentina, (4) Republik Ceko, (5) Hongaria, (6) Mikronesia, (7) Papua Nugini, (8) Nauru, dan (9) Palau. Sementara dua puluh lima (25) yang memilih abstain, yaitu : (1) Albania, (2)Austria, (3)Bulgaria, (4) Kanada, (5)Kroasia, (6) Fiji, (7) Finlandia, (8)Georgia, (9)Jerman, (10) Inggris,(11) Italia, ,(12) Latvia, (13)Lituania,(14) Malawi, (15) Kepulauan Marshall,(16) Monako, (17) Belanda, (18) Makedonia Utara, (19) Paraguay, (20) Republik Moldova, (21) Rumania,(22) Swedia, (23) Swiss, (24) Ukraina, dan (25) Vanuatu.
Ini sungguh sebuah hasil lobi politik tingkat tinggi yang tergolong luar biasa. Dari fakta ini, bisa diidentifikasi, mana negara yang pro, yang kontra dan yang bersikap ambiguitas. Namun yang jelas dan pasti, bahwa mayoritas dari anggota PBB ( 143 negara ) mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB. Ini benar-benar menjadi pukulan telak khususnya bagi Israel sendiri dan Amerika sebagai sekutu paling utamanya. Dengan diakui sebagai anggota penuh PBB, maka otomatis Palestina memiliki hak yang sama seperti negara lainnya. Dan dalam waktu bersamaan, ini menjadi pintu masuk menuju Negara Palestina Merdeka.
Satu lagi yang perlu dicatat, sejumlah negara Eropa yang berpengaruh seperti Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Italia dan yang lainnya, tampak memperlihatkan sikap lunak mereka. Hal ini terbukti, mereka menyatakan sikap abstain dalam Voting. Peluang untuk mendukung Palestina Merdeka, bisa terbuka. Berbeda dengan 9 ( sembilan ) Negera yang nyata-nyata menolak, pintu dukungan untuk Palestina sudah tertutup.
Namun, di tengah gencar-gencarnya berjuang, sungguh amat sangat disayangkan, mengingat masih ada sementara Negara Arab berpengaruh yang masih menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Israel. Pilihan sikap seperti ini, secara tidak langsung, sesungguhnya sama dengan mendukung mereka.
Adalah Presiden Iran Ebrahim Raisi saat berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) luar biasa antara Liga Arab dengan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) pada Sabtu (11/11, 2023) di Riyadh, Saudi Arabia, mengusulkan agar melakukan embargo minyak terhadap Zionis Israel, mendapat penolakan dari mereka. Negara-negara Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel ( antara lain) adalah: Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, Qatar , Bahrain, Sudan dan Maroko.
Indonesia, bukan Negera Islam, hanya berideologi Pancasila dan berasas "politik luar negeri yang bebas aktif", namun bersikap tegas dan tegak lurus. Sejak awal, berkomitmen, bahwa tidak akan pernah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, selama ia menjajah Palestina. Hanya satu kata kunci permanen "kemerdekaan bangsa Palestina adalah harga mati, yang tidak bisa ditawar". Sementara Zionis Israel adalah sosok imperialis terhadap bangsa Palestina yang mesti dilenyapkan.
Pamungkas
Masy Allah, dibanding dengan pengorbanan bangsa Palestina yang jauh lebih besar, baik harta, maupun nyawa yang paling utama, sesungguhnya harga VOTING itu tidak seberapa. Namun demikian, sebuah nilai perjuangan apapun wujudnya, tetap harus diapresiasi. Mengingat, perang melawan Yahudi, baik secara fisik, maupun diplomatik, bukan perkara gampang. Allah sendiri dalam Qur'an menyatakan, bahwa bangsa Israel ( Yahudi) adalah komunitas terunggul di dunia ( Al-Baqarah : 47). Namun, tunggu dulu, bukan menyanjung, apalagi bersimpati terhadap Israel, di sini bisa jadi, Allah memberi kesempatan kepada kita untuk melakukan perlawanan terhadap mereka sekuat dan dengan cara apapun. Dijamin oleh-Nya kita mendapat pahala yang besar.
Semoga hasil Voting yang didukung oleh suara mayoritas di PBB, memberi secercah harapan sebagai pintu masuk menuju "Palestina Merdeka Yang Seutuhnya". Hidup Palestina...!!!
أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيب.
Wallahu A'lam bi al-Shawab !
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar