PERLAKUAN ISTIMEWA RASUL SAW. TERHADAP SEORANG PEREMPUAN BERKULIT HITAM TUKANG BERSIH-BERSIH MASJID.
Secara lahiri, sosok yang satu ini dipotret dari dimensi apapun, sesungguhnya "papa gengsi". Tegasnya, hanya sosok perempuan berkulit hitam. Namun demikian, ia mendapat perlakuan istimewa dari Rasulullah saw. Ada sebab apa gerangan? Apakah karena ia memiliki keunggulan prestasi ibadah tersendiri dibanding yang lain? Tidak juga.
Hanya saja, setiap beliau shalat, nyaris tidak pernah absen melihat perempuan tersebut selalu bersih-bersih masjid. Tumben, ketika kali berikutnya shalat di masjid tersebut, beliau tidak melihat si perempuan tadi. Lalu beliau bertanya kepada para sahabat, "Kemana dia?" Mereka berkata, " Ya Rasulallah, dia sudah wafat?". Rasul saw. : "Kenapa kalian tidak memberitahu aku?" Mereka terdiam, tidak ada satu pun yang menjawab. Hanya saja ada isyarat yang bisa ditangkap, bahwa kenapa kewafatannya tidak mereka beritahukan kepada beliau saw. ? Karena, versi kalkulasi pikir mereka, dia hanya sekedar seorang tukang bersih-bersih masjid. Jadi-barang kali-terlalu berlebih-lebihan andai mesti diberitahukan segala kepada beliau saw.
Atas pilihan sikap mereka ( para sahabat) tersebut, Rasul saw. tampak kecewa. Lanjut beliau bertanya, "Di mana kuburannya?" Setelah oleh mereka ditujukkan letak kuburannya, beliau saw. berangkat ke sana, lalu melakukan shalat jenazah buat dia di atas kuburannya.
Pembelajaran berharga yang mesti kita seret dari kasus di atas, paling tidak bermuara pada empat segmen, : Pertama, mengapresiasi seseorang tidak mesti dari sudut gengsi dirinya, tapi dari sisi kemuliaan kerjanya. Ke-dua, mesjid ( lebih spesial) memiliki nilai tersendiri di mata Allah, hingga acap disebut "Baitullah" ( rumah Allah). Oleh karenanya, kemuliaan dan kebersihannya harus tetap terjaga dan dijaga. Ke-tiga, kita dituntut supaya memiliki rasa hormat serta peduli kepada siapapun yang suka ( tukang ) bersih-bersih masjid ( terutama). Ke-empat, ini bersifat kasuistik empirik, jadi dimensi sentuhan spesialnya ( اطلاق الخاص), tampak mengarah ke kaum hawa, supaya rajin-peduli masjid ( lebih khusus ihwal kebersihannya). Sementara bapak-bapaknya, biasakan shalat berjemaah di sana ( masjid).
Deskripsi di atas, terungkap dalam sebuah hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim. Lengkap teksnya seperti berikut ini :
فان قصة خادمة المسجد قد ثبت منها ما رواه الشيخان عن أبى هريرة رضى الله عنه أن إمرأة سوداء كانت تقم المسجد فسأل عنها النبى صلى الله عليه وسلم فقالوا : ماتت فقال : أفلا كنتم اذنتمونى ؟قال : دلونى على قبرها فصلى عليها. .
Sorga itu, ternyata betul, sungguh, amat serta sangat mahal harganya. Karena memang ia terlalu agung dan mewah. Akhirnya, jangankan kita bisa membeli, menawar pun tidak berani. Hanya seorang perempuan berkulit hitam tadi yang bisa menawar, bahkan sekaligus membelinya. Yang 'ajib kullal 'ajib, uang cash pembayarannya pun hanya dengan "sapu lidi" yang digerakkan oleh remote control imaninya dengan tulus ikhlas, semata demi kebersihan dan kemuliaan Rumah Allah (Masjid).
Subhanallah, ternyata, kita sering menggunakan "standar fenomenal" (demi gengsi) ketika beramal. Padahal, bisa jadi ia nonsense, karena terjegal oleh variabel "Syirkul Asghar" : ujub, ria, takabur, sum'ah berikut anak pinaknya yang ngekor di belakang. Sementara lupa terhadap hal-hal kecil, yang justru pahalanya "super jumbo". Seperti dikatakan dalam peribahasa, "Mengharapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan".
Wallahu A'lam bi al-Shawab.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar