KUTUKAN DEKADE DELAPAN MENJADI PARANOID BAGI KAUM YAHUDI
Apapun yang terjadi tentang sebuah keberutalan, bola sejarah pada gilirannya nanti akan berhenti pada satu nuktah perhitungan pasti, bahwa bangsa Israel akan mengalami kehancuran. Fenomena awalnya, kini tengah menggeliat, dimana kutukan "Dekade Delapan" menjadi "paranoid" bagi kaum Yahudi.
Paranoid tersebut , tidak kurang dirasakan oleh seorang Ehud Barak, mantan Perdana Menteri ( 1999-2001) dan Menteri Pertahanan Israel ( 2007-2013). Dilansir dari "Yedioth Ahronoth", ia mengatakan: “Sepanjang sejarah Yahudi, orang-orang Yahudi tidak memiliki negara selama lebih dari 80 tahun kecuali dalam dua periode, yaitu periode Raja Daud dan periode Hasmonean. Kedua periode tersebut, awal disintegrasinya ditandai pada "Dekade Delapan.”
Atas dasar realita, fakta dan data sejarah pula, bahwa kutukan "Dekade Delapan", sebelumnya pernah menimpa berbagai negara. Terjadi perang saudara di Amerika, Fasis di Italia, Nazi di Jerman dan revolusi komunis di Uni Soviet, kehancuran mereka terjadi pada Dekade Delapan. Negara Yahudi Israel berdiri pada tanggal 14 Mei 1948. Usianya sekarang sudah 76 ( tujuh puluh enam) tahun. Jadi, jeda waktu tersisa untuk memasuki Dekade Delapan ( 80 tahun ) berarti tinggal 4 ( empat) tahun lagi. Bisa jadi, di situ letak titik berangkat kepercayaan mereka. Karena faktor ketakutan (mungkin) , kenapa Zionis Israel sekarang begitu gencar melancarkan serangan nyaris ke berbagai arah di Palestina. Semoga saja kutukan Dekade Delapan tersebut menjadi kenyataan.
Fenomena dan faktanya sekarang telah terbukti . 25 negara yang biasanya komit mendukung Israel ( terutama-di antaranya- Inggris, Prancis, Jerman, Belanda dan Spanyol yang berpengaruh di Eropa), kini sikapnya mulai melunak. Buktinya, ketika diadakan voting di PBB untuk keanggotaan penuh Palestina, mereka menyatakan abstain. Artinya, peluang untuk mengakui kemerdekaan Palestina sangat terbuka. Sementara 9 negara yang mendukung Israel, ( kecuali Amerika), relatif negara-negara kurang berpengaruh, seperti Argentina, Republik Ceko, Hongaria, Mikronesia, Papua Nugini, Nauru, dan Palau.
Terlebih ketika tiga negara Eropa yang berpengaruh ( sebagaimana dilansir oleh sejarawan Ciganjur ) : Spanyol, Norwegia dan Irlandia), secara resmi mereka telah mendukung " Kemerdekaan Negara Palestina".
"Saya yakin, dalam beberapa pekan ke depan akan bertambah lagi negara-negara lain yang akan bergabung kami dalam mengambil langkah penting ini," ujar Perdana Menteri Irlandia Simon Harris dalam konferensi pers di Dublin, Irlandia, (https://app.komp.as/hCbWRYMCW6NzyQ9M9).
Tampaknya mereka telah sadar dan menyadari, bahwa berpikir " holistik" demi Kemerdekaan Negara Palestina adalah sebuah kemutlakan yang mesti dieksekusi pada tataran riil di lapangan, tidak sebatas omdoisme.
Namun jangan lupa, tempelkan juga idealitas teologis, bahwa di atas segalanya, pada konteks finalisasi, pasti bermuara pada jargon transendental : نصر من الله وفتح قريب.
Wallahu A'lam bi al-Shawab.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar