Para praktisi logika ( baca : Mantik), telah mengetuk palu konsensus, bahwa yang disebut manusia adalah "hewan berpikir". Sebagai konsekuensi ( iltizam)nya ia kaya dengan variasi karakter. Di antaranya yang paling ekstrim, ia selalu haus serta lapar dalam membangun jalinan dan jaringan komunikasi dengan pihak di luar dirinya. Memang sangat logis adanya, disamping karena terbentur dimensi kesanggupan, juga terkepung setumpuk agenda tugas yang nyaris berceceran di semua lini.
Komunikasi, secara sederhana sah untuk dimaknai sebagai realitas kontak antara dua person atau lebih. Supaya lebih akademis lagi, ikuti rumusannya di bawah ini versi beberapa pakar, antara lain : (1) Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid dalam buku "Communication Network" : Toward a New Paradigm for Research (1981), komunikasi ialah proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, guna membangun saling pengertian yang mendalam; (2) C. Shannon dan W. Weaver dalam buku "The Mathematical Theory of Communication" (1949), komunikasi ialah wujud interaksi antar manusia dengan sesamanya yang saling mempengaruhi baik dilakukan secara sengaja atau tidak.; dan (3) Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam buku "Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding", (1964), komunikasi ialah proses transmisi informasi, baik berupa gagasan, emosi, keterampilan, maupun yang lainnya, yang dilakukan melaui penggunaan kata, angka, simbol, gambar, dan lain sebagainya.
Dari sederet shaf rumusan yang dipajang para pakar di atas, secara subtansial berparkir pada garis lahan konklusi, bahwa komunikasi adalah refleksi kesedaran untuk membangun kerjasama atau saling pengertian antara dua personel atau lebih guna mencapai tujuan tertentu sesuai dengan ikatan tali kesepakatan. Mengingat, karena faktor desakan kebutuhan.
Bicara komunikasi, tidak bisa lepas dari perangkat instrumen atau medianya. Dan berkait dengan hal yang satu ini, banyak jenis dan modelnya. Di antara yang paling urgen dan tentunya sudah akrab dengan kehidupan kita adalah "Televisi". Ketika bicara Televisi, ingatan kita pasti terjurus pada sosok seorang Philo Farnswort, seorang penemu televisi elektronik pertama di dunia asal Amerika. Berikutnya pada tahun 1928, atas jasa Charles Francis Jenkins televisi mekanikal launching pertama kali di dunia. Dan dikemudian hari secata modern jaringan beritanya dibangun oleh CNN tahun 1980 atas jasa Ted Turner di Atlanta Georgia.
Tidak perlu didiskusikan apalagi didebatkusirkan ( wong tukang kusir sendiri membutuhkan), alias mutlak dan resmi masuk wilayah dharury ( mendasar), bahwa keberadaan Televisi adalah satu dari sekian alat komunikasi massa yang paling dan amat sangat dibutuhkan oleh manusia di dunia, dari mulai kelas ecek-ecek, hingga kelas elite.
Sebagai makhluk yang haus serta lapar berkomunikasi, maka kita dalam setiap waktu, bahkan detik sangat membutuhkan informasi. Sebab dengan adanya informasi apapun bentuknya, disamping sebagai sarana untuk menjawab segala kepenasaranan, juga yang paling urgen adalah sebagai media edukasi dan sekaligus evaluasi. Hingga secara ekstrim dikatakan, bahwa boleh jadi, lepas satu informasi, sama dengan membuang seribu satu kesempatan.
"Bibarkati Teknologia, al-Syaiu al-'Asiir Ashbaha Yusron, Walyasiir Ashbaha Aisara". . Berkat teknologi, segala sesuatu yang asalnya sulit, menjadi mudah dan yang mudah menjadi lebih mudah. Televisi adalah bagian integral dari jasa teknologi. Maka, nyaris segala peristiwa apapun yang terjadi di belahan dunia, melalui media Televisi dalam waktu relatif singkat bisa dikomunikasikan pada kita. Sehingga menjadi jelas, apa sesungguhnya yang tengah bertayang dan berlaku lakon di hadapan mata kita.
Tentunya atas dasar berbagai variabel alasan dan pertimbangan yang urgen serta konstruktif, adalah PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ( PBB), sebagai representasi dari aspirasi masyarakat dunia, tahun 1996 mendeklarasikan, bahwa pada tanggal 21 November ditetapkan sebagai Hari Televisi Sedunia, ( World Television Day).
Selamat Hari Televisi Sedunia ( World Television Day) yang ke-27 ( 21 November 1996-2023). Mari kita jadikan Televisi, disamping sebagai sarana informasi, juga sebagai media Edukasi serta sekaligus Evaluasi.
Wallahu A'lam Bi Al-Shawab
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar