Basis penyebab paling sentral, kenapa seseorang dijebloskan ke kamp konsentrasi Neraka Sa'ir, ternyata bukan karena aksi delik pidananya an sich, melainkan karena tidak sanggup memberdayakan akal pikirannya , ( al-Mulk : 10 ). Akal pikirannya, tidak dioperasikan bagi pengejaran mutiara hikmah yang terkubur di dasar alam rasanya.
Untuk itulah Allah memberi apresiasi spesial kepada Luqman, hingga diabadikan menjadi salah satu nama surat dalam Al-Qur'an ( surat Luqman). Padahal versi riwayat mutawatir, bukanlah sosok seorang Nabi. Hanya saja dia sangat piawai ketika memberdayakan logikanya, hingga mampu memproduk renungan kata bijak yang bisa dijadikan aplikasi untuk pedoman hidup. Oleh karena itu, dia dianugerahi gelar "Al-Hakim" ( seorang yang bijak-Luqkmanul Hakim).
Hakim dalam konteks kekinian, tampaknya tidak berlebihan andai disebut filosof. Karena kinerja sentralnya fokus pada olah pikir yang walau kadang ekstrim. Namun demikian, semua produk pemikirannya padat renungan dan menjadi bahan anutan ketika dijadikan mesin dinamika hidup. Maka bisa jadi semodel Aristoteles, Sokrates, Plato dan yang lainnya tidak masuk Neraka karena kesolehan logika dan nalarnya yang bermanfaat bagi umat manusia.
Adalah Confucius atau juga acap disebut Khong Khucu. Dia adalah seorang filosof China terbesar pada zamannya. Salah satu kemasyhurannya, dia sangat kreatif dan produktif dalam menghadirkan kata atau buah pandangan yang cukup bijak serta bernilai.
Spesial dalam konteks pendidikan, dia menggagas, bahwa pendidikan merupakan basis agenda pelestarian nilai-nilai hidup yang mesti berlangsung sepanjang zaman. Dalam pada itu, dia mengatakan :
If your plan is for one year, plant rice;
if your plan is for ten years, plant trees; if your plan is for one hundred years,
educate children."
"Jika rencana Anda untuk satu tahun, tanamlah padi, jika untuk sepuluh tahun, tanamlah pohon dan jika untuk seratus tahun, didiklah anak-anak ".
Eksistensi pendidikan bukankah agenda dan rencana temporer yang dibatas oleh dimensi ruang dan waktu tertentu, seperti halnya padi untuk jangka waktu satu tahun atau pohon untuk waktu sepuluh tahun. Pendidikan sungguh tidak tak terbatas. Ia abadi sepanjang zaman, dari mulai lepas buaian hingga masuk liang lahat (versi Jhon Dewey : long life education ).
Semua itu bisa terbangun, karena medan pilarnya bersandar kepada pengabdian seorang Guru. Negara bisa saja bergantung kepada petani sebagai pemasok makanan, atau kepada tentara serta polisi sebagai pelindung keamanan. Namun semuanya tidak akan bisa berjalan mulus, bahkan bisa berantakan andai tidak hadir sosok seorang Guru yang bertanggung jawab atas pendidikan : demi mencerdaskan anak bangsa di segala lini.
Singkatnya, negara boleh berbicara dengan seabreg tektek bengek teori, visi, misi dan seterusnya. Namun karena satu hal, andai abai terhadap pendidikan dan Guru , risiko konsekuensinya mesti siap berhadapan dengan kegagalan.
SELAMAT HARI GURU NASIONAL KE-29, 25 NOVEMBER 1994-2023.
By-Drs. H. Saepullah S, M.Ag
0 comments:
Posting Komentar